nasgormafia.com, Jakarta - Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat di bawah kepemimpinan Tono Suratman telah menyiapkan program lima tahun ke depan. Masalah klasik kekurangan dana yang mengimpit kepengurusan sebelumnya coba diatasi dengan gagasan pengumpulan dana dari pengguna telepon seluler Rp 100 per bulan.
Tono menjelaskan, saat ini hampir semua orang telah menggunakan telepon seluler. Dari penggunaan pulsa itu, ia minta Rp 100 per bulan disisihkan untuk menghidupkan pengurus besar tiap cabang olahraga untuk melakukan aktivitas, pembibitan atlet, dan biaya operasional. Ia menegaskan dana itu bukan untuk operasional KONI.
“Kalau pemegang HP (hand phone) katakanlah ada 100 juta orang, tinggal dikalikan Rp 100 maka minimum saya dapat Rp 10 miliar sebulan. Dalam setahun mencapai Rp 1,2 triliun,” kata Tono saat wawancara dengan Tempo di kantornya, Jumat, 3 Februari 2012 lalu.
Tidak berhenti pada gagasan meminta dukungan dari pengguna pulsa, Tono juga melirik para pengguna anjungan tunai mandiri (ATM). Menurut dia, rata-rata pemilik tabungan pasti tidak akan keberatan jika diminta memberi dukungan dana Rp 1.000 sebulan. “Bayangkan, betapa besar dana yang kita kumpulkan,” ujar Mayor Jenderal Purnawirawan TNI itu.
Tono mengaku telah menghitung kebutuhan KONI dalam waktu setahun. “Idealnya, Rp 638 miliar setahun. Itu dari ujung kepala hingga kaki, lifestyle, sampai bonus,” katanya. Lifestyle meliputi kesejahteraan, kesehatan, dan lain-lain.
Kalau saja gagasan pengumpulan Rp 100 rupiah per bulan dari pengguna HP bisa dilakukan, dengan dana Rp 1,2 triliun, KONI bisa memberikan bonus Rp 5 miliar bagi atlet yang mendapat medali emas Olimpiade.
Tono sudah membayangkan nantinya bakal ada badan yang dibentuk khusus untuk mengelola dana rakyat tersebut. Dana itu akan diaudit secara profesional dan dikeluarkan di media setiap minggu agar rakyat bisa mengawasi. “Yang bertanggung jawab Ketua Umum KONI dan stakeholder,” ujarnya.
Mantan atlet anggar itu bakal menyiapkan master plan untuk mengoptimalkan penggunaan dana tersebut, misalnya digunakan untuk membangun sekolah pelatihan bagi atlet muda seperti PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) di Ragunan, Jakarta.
Namun Tono dan stafnya harus bersabar karena pengumpulan dana melalui pulsa masih dalam gagasan.
RINA WIDIASTUTI