nasgormafia.com, Jakarta - Bulu tangkis Indonesia harus segera berbenah. Kekalahan terus terjadi di cabang olahraga yang dulu kaya prestasi ini. Di nomor tunggal putri keterpurukan paling terlihat. Dari dua turnamen pertama tahun 2012, yaitu Korea Terbuka Superseries Primer dan Malaysia Terbuka Superseries, para srikandi Indonesia kandas di babak awal.
Pada turnamen Korea Open pada 3-8 Januari 2012, tiga wakil Indonesia langsung angkat koper di babak kualifikasi. Srikandi yang dikirim adalah Adrianti Firdasari, Maria Febe Kusumastuti, dan Lindaweni Fenetri. Firdasari langsung dikandaskan pemain asal Korea Hye Youn Huang. Febe harus takluk oleh pebulu tangkis asal India, Sindu P.V. Lindaweni kalah oleh pebulu tangkis asal negeri jiran Malaysia, Jing Yi Tee.
Dalam turnamen Malaysia Terbuka sejak Selasa lalu Indonesia kembali mengirimkan tiga wakil nomor tunggal putri yang sama dengan laga Korea. Namun harapan di nomor tunggal putri kandas kembali. Lindaweni harus tunduk dalam pertandingan putaran dua kualifikasi dari Malaysia, Jing Yi Tee, pada Selasa, 10 Januari 2012.
Harapan sempat tertumpu pada Firdasari dan Febe. Keduanya lolos ke babak utama setelah berhasil meraih kemenangan di dua pertandingan babak kualifikasi. Namun dalam pertandingan Rabu, 11 Januari 2012, Firda kalah oleh pebulu tangkis Cina, Yihan Wang, hanya dalam 33 menit dengan skor 13-21, 15-21. Sedangkan Febe kalah oleh wakil Korea, Youn Joo Bae, dengan skor 16-21, 10-21.
Kekalahan tersebut sangat disayangkan karena turnamen-turnamen yang diikuti itu merupakan kesempatan bagi mereka untuk mendulang poin bekal ikut ajang Olimpiade 2012 yang akan digelar pada bulan Juli nanti di London.
Sebab jika dilihat dari peringkat saat ini, tunggal putri Indonesia berada di posisi yang kritis. Berdasarkan data dari Badminton World Federation, Lindaweni masih menempati peringkat 39 dunia, Firda saat ini bertengger di peringkat 40, sedangkan Febe berada di posisi 45 dunia. Hal tersebut cukup sulit bagi mereka untuk mendapat kesempatan menorehkan prestasi di London.
Juara Olimpiade Barcelona 1992, Susi Susanti, angkat bicara soal prestasi yang terus merosot tersebut. Menurutnya, banyak persoalan yang harus diselesaikan untuk kembali mengangkat prestasi olah raga bulu tangkis. “Persoalan pembinaan, program latihan, pemain-pemain muda yang banyak cedera itu harus segera diselesaikan,” kata Susi kepada Tempo, Rabu, 11 Januari 2012.
Susi sangat menyesalkan hasil yang diperoleh dari dua turnamen yang diikuti para srikandi Indonesia untuk merebut tiket Olimpiade. Istri mantan pebulu tangkis Alan Budi Kusuma itu berpendapat strategi yang diterapkan dengan mengirim pebulu tangkis putri ke turnamen superseries kurang tepat. Menurutnya, peluang untuk menang dan mendulang poin sangat sulit jika dilihat dari kemampuan mereka saat ini.
“Poinnya memang besar, tapi lawan-lawannya ikut itu kelas dunia dan sulit, apalagi Korea kelas primer. Bukannya merendahkan kemampuan putri kita, tapi kondisinya memang seperti itu. Seharusnya dikirim ke challenge dulu untuk menang dan mengumpulkan poin,” kata Susi.
Sebelum kualifikasi Olimpiade berakhir Indonesia sendiri masih akan mengikuti delapan turnamen setelah di Malaysia. Menurut Susi, sisa delapan turnamen dirasa sangat mepet. Indonesia, kata Susi, seharusnya mempersiapkan hal tersebut sejak dua tahun lalu, di mana saat itu merupakan titik awal kemerosotan prestasi bulu tangkis.
“Kita terakhir paceklik prestasi itu dua tahun lalu, seharusnya dipersiapkan sejak saat itu,” katanya. Namun Susi masih berharap besar tunggal putri dapat meningkatkan poinnya di turnamen-turnamen yang tersisa. “Kita tetap berharap meski sulit. Tapi ke depannya memang harus dipersiapkan secara matang.”
Saat rapat persiapan Olimpiade di kantor Kementerian Pemuda dan Olah raga beberapa waktu lalu, Direktur pembinaan prestasi Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI), Hadi Nazri, mengakui bahwa posisi tunggal putri saat ini masih rendah.
Namun dia tetap optimistis Indonesia dapat mengirimkan satu wakilnya di kejuaraan bergengsi dunia tersebut dalam sisa turnamen sebelum kualifikasi Olimpiade berakhir. “Masih ada harapan. Kami menargetkan satu wakil di nomor tunggal putri,” katanya saat itu.
ANGGA SUKMA WIJAYA